Jumat, 01 Mei 2009

Segera laksanakan planning baikmu!!!

Tausiah Ust. Muhammad Arifin Ilham

Ciri Muslim yang dicintai Allah

Zikir menjadi kepribadiannya…

Allah tujuannya… Rasulullah SAW menjadi teladan dalam hidupnya

Dunia ini pun menjadi syurga… sebelum syurga sebenarnya

Bumi menjadi masjid baginya,

Rumah kantor bahkan hotel sekalipun menjadi musholla baginya…

Tempat ia berpijak, meja kerja, kamar tidur adalah hamparan sajadah baginya…

Kalau dia bicara, bicaranya dakwah…

Kalau dia berdiam, diamnya dzikir…

Nafasnya… tasbih…

Matanya… penuh rahmat Allah, penuh kasih saying…

Telinganya terjaga…

Pikirannya… baik sangka, tidak sinis, tidak pesimis dan tidak suka memvonis

Hatinya… subhanallah, diam-diam berdoa, doanya diam-diam

Tanganya bersedekah…

Kakinya berjihad, ia tidak mau melangkah sia-sia

Kekuatannya… silaturahim

Kerinduannya… tegaknya syariat Allah,

kalau memang hak tujuannya, maka sabar dan kasih saying strateginya

Cita-citanya tertinggi, teragung, adalah syahid di jalan Allah.

Dan sungguh menarik kesibukannya… dia hanya asyik memperbaiki dirinya

Tidak tertarik mencari kekurangan, apalagi mencari aib orang lain…


Ust.M. Arifin Ilham

Puisi untuk Ibu Tercinta

Puisi ttg Ibu tercinta

April 30th, 2007 by sitapks

My
beloved Mother

Berat hatiku menulis puisi tentang Ibu, karena aku
pasti akan mulai menangis

Kenangan tentang Ibu terlalu indah dan tak kan
bisa terwakili oleh kata-kata sepuitis apapun.

Kenangan tentang Ibu terlalu subtil,
melekat, mendalam sehingga sulit untuk di
zhahirkan apalagi sekedar
melalui puisi

Berat hatiku menulis puisi tentang Ibu karena aku
pasti akan mulai menangis

Kenangan tentang Ibu adalah kenangan sepanjang
hayat ibu

Dari Ibu masih seorang wanita muda yang
melahirkanku di usia 27 tahun sebagai anak kelimanya, hingga Ibu yang begitu
khusyu, siap, tenang dan tegar menghadapi maut.

Kenangan tentang Ibu adalah karanganku saat kelas
V SD di majalah si Kuncung tentang ‘Kasih Ibu’, yang kukarang justru sesaat
setelah aku dimarahi beliau

Kenangan tentang Ibu adalah saat bersama Tyas
mencarikan buah pace karena Ibu ngidam di saat hamil si bungsu Dian

Kenangan tentang Ibu adalah…tentang angin dan
hujan yang menerpa Ibu di saat menungguku pulang kuliah di pojok PLN,Depok Utara.

Kenangan tentang Ibu adalah jihad habis-habisan
tanpa pamrih yang beliau torehkan untuk kami

Kenangan tentang Ibu adalah tentang ketujuh anakku
yang dibesarkan pula oleh Ibu dengan kasih sayangnya.

Kenangan tentang Ibu adalah kenangan tentang RSCM
& MMC.
Aku
menangis bila harus melalui lagi lorong-lorong RSCM. Hatiku pedih jika terpaksa
harus melewati lagi MMC. Ada bayangan Ibu di mana-mana.

Melihat pohon peneduh jalan di jalan Simatupang menuju Mampang saja akan
membuatku teringat Ibu karena itu jalan yang kulewati bila mengantar Ibu ke MMC
sambil memijit punggungnya sekedar membantu meringankan batuknya yang tiada
henti. Hal apapun akan selalu kuasosiasikan dgn kenangan ttg Ibu.

Kenangan tentang Ibu adalah kenangan malam terakhir di saat aku
berdoa: “Allahumma Rabbannaas adzhibil ba’sa ,isyfiha…”, dan Ibu menolak doaku
dengan lembut

Ibu begitu ramah dan ‘welcome’ menghadapi malaikat
maut

Banyak kulihat orang berada dalam proses sakaratul
maut, tapi bagiku proses Ibu adalah yang terindah dan terlembut

Kenangan tentang Ibu adalah pandangannya yang
tajam dan menembus jauh di saat menjelang kepergiannya

Kenangan ttg
Ibu adalah di saat ia selalu menyuruhku membuka pintu dan kakak iparku menyiapkan makanan bagi tamu terakhirnya…para malaikat maut

Kenangan tentang Ibu adalah di saat ia tertidur di dadaku satu jam sebelum wafat, lalu terbangun di menit-menit menjelang wafat dan bertanya padaku:”Ko(Nama panggilan kesayangan ibu untukku), ibu…udah meninggal ya?”Kujawab dengan sepenuh hatiku:”Ibu masih hidup..nih Koko cium,berasa kan Bu?”Ibu tersenyum dan tertidur lagi. Nafas ibu tenang dan teratur, padahal selang ke tabung oksigen sudah tak mau lagi dipakainya, hingga kakakku panik

Kenangan
terindah bagiku justru ketegarannya menghadapi tamu terakhirnya. Semenit
menjelang helaan nafas terakhirnya yang begitu lembut, Ibu meminta kami
menyalakan lampu, karena kata beliau akan ada yang memeriksa telinga Ibu.Kenangan
ttg Ibu adalah ketika kuletakkan kepala Ibu ke dada kakakku, karena aku merasa
ini saat nya dan aku harus membaca surah Yasin untuk melembutkan jalan perginya
ibu. Ternyata baru lima

ayat surah Yasin yang kubaca, Ibu sudah dengan mudah melepas ruhnya yang suci
menghadap Al Khalik yang mencintainya

Kenangan
tentang Ibu adalah di saat aku memandang jasad Ibu yang sudah ditinggalkan
ruhnya menuju arsy..

Kenangan
tentang Ibu adalah di saat aku terus memandang ke seluruh ruang kamar klinik NF tempat perawatan terakhir Ibu.
Kugumamkan terus menerus pada para tamu Ibuku…”Jazakumullah khairan Jaza padamu
para malaikat maut yang telah menghampiri Ibuku dengan penuh kesantunan dan
kelembutan. Mencabut nyawa Ibuku dengan lembut…Wan naasyithotu nasytha..Demi malaikat yang mencabut nyawa dengan lembut..

Kenangan
ttg Ibu adalah saat memandikan jenazahnya yang begitu ringan dan singkat. Kami memandikan tanpa
sarung tangan. Hampir tak ada kotoran yang tersisa, padahal ibu makan cukup
banyak semalam. Ibu dulu yang memandikan kami. Dan kini kami yang memandikan
Ibu

Kenangan ttg Ibu adalah wajah Ibu yang kembali
muda, segar dan cantik sesudah kami mandikan. Seolah semua tanda-tanda bekas
sakit..hilang dari wajah Ibuku tercinta

Kenangan ttg Ibu adalah penghargaan dari ustad
Hilmi berupa kesaksiannya bahwa Ibu adalah pejuang dan kader inti dari dakwah
dan harokah .

Kenangan ttg Ibu adalah kedatangan Ibu di
mimpi-mimpiku di saat aku merindukannya

Kenangan tentang Ibu adalah ketika Ibu seolah
bersamaku ketika aku
thawaf mengandeng
Bapak disaat aku menghajikan Ibu

Kenangan ttg Ibu adalah di saat Ibu menghampiriku di Madinah dan Aziziah.
Aku mencium Ibu di pipi ,kening dan lehernya. Lembut kulit leher Ibu yang
kucium masih sangat terasa di saat aku
terbangun

Kenangan ttg Ibu adalah ketika seusai pulang haji,
aku bermimpi menyuapi Ibu dengan ‘lemon cake’. Mimpiku berwarna karena aku bisa
jelas mengingat warna kue yang ibu makan. Allahummaj’alha Hajjan mabruran…..

Dan benar aku tak bisa berhenti menulis dan
menangis…jika tentang Ibuku.

Maka
seperti biasanya aku akan berdoa untuk
menghentikan tangisanku..

Allahummaghfirlaha…Ya
Allah ampunilah ia…Ibuku tercinta

Warhamha…..Sayangilah
ia

Wa’afiha…..Tinggikanlah
derajatnya

Wa’fu’anha…..Maafkanlah
ia

Wa laa tahrim ajroha…Jangan halangi balasan pahala
untuknya

Wa laa taftinna ba’daha….Jangan datangkan fitnah
sesudah kepergiannya

Wa akrim nuzulaha….Muliakanlah kedatangannya.

Wa wasi’ madkholaha….Lapangkanlah jalan masuknya

Wannawir quburaha…Terangilah kuburnya

Waj’al Jannatal matswaha…Dan jadikanlah surga
sebagai tempat tinggalnya

Warzuqha…bi Rahmatika ya Arhama Raahimin. Serta
berikanlah ia rizki dengan rahmatMu ya Allah yang Pengasih dan Penyayang

Air mataku pun berhenti…karena aku yakin Ibu kini
berada dalam kesentausaan di sisiNya. Amin

Sitaresmi.S.Soekanto